Laut Bangka Belitung Kembali Bergairah, Reklamasi Laut PT Timah Tbk Dongkrak Ekosistem dan Ekonomi Nelayan

PANGKALPINANG – Laut bukan hanya bentangan biru yang luas, tetapi juga nadi kehidupan bagi jutaan makhluk hidup dan masyarakat pesisir, Rabu (2/7/2025).
Menyadari pentingnya ekosistem laut, PT Timah Tbk, anggota Holding Industri Pertambangan MIND ID, terus menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan laut melalui program reklamasi laut yang berkelanjutan.
Sejak tahun 2016 hingga 2024, PT Timah Tbk telah melaksanakan serangkaian kegiatan reklamasi laut di wilayah operasionalnya, yakni di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau.
Program ini bukan hanya bentuk tanggung jawab lingkungan, tetapi juga upaya nyata menciptakan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
PT Timah Tbk telah menenggelamkan 1.475 unit transplantasi karang, 3.105 unit fish shelter, dan 7.680 unit terumbu buatan di Bangka Belitung. Tidak hanya itu, restocking 40.435 ekor cumi turut dilakukan untuk menjaga kelestarian spesies dan keberlanjutan tangkapan nelayan.
Di Provinsi Kepulauan Riau, PT Timah Tbk memasang penahan abrasi sepanjang 2.360 meter, menanam mangrove seluas 12,81 hektare, serta melakukan restocking 3.800 ekor kepiting bakau sejak 2017 hingga 2024.
Program ini dijalankan bersama berbagai pihak, termasuk kelompok nelayan, Yayasan Sayang Babel Layang-layang, Pemerintah Daerah, dan POSSI Bangka Belitung. Ketua Yayasan Sayang Babel Kite, Indra Ambalika Syari, menyebut kerja sama dengan PT Timah Tbk telah berjalan sejak 2017 dan menjadi model reklamasi laut pertama di Indonesia yang bisa diterapkan secara nasional.
“Program reklamasi laut ini menjadi pembelajaran penting di dunia pertambangan. PT Timah Tbk telah membuktikan bahwa reklamasi bukan hanya kewajiban di daratan, tetapi juga di lautan yang terdampak aktivitas pertambangan,” ujar Indra, yang juga dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung.
Menurutnya, kawasan terumbu buatan kini telah berkembang menjadi fishing ground baru, rumah bagi berbagai biota laut, dan berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata bahari seperti snorkeling dan memancing.
Salah satu nelayan di Desa Tanjung Kubu, Kabupaten Bangka Selatan, Rispandi, merasakan langsung dampak program ini. Ia mengatakan bahwa kehadiran fish shelter telah meningkatkan hasil tangkapan mereka secara signifikan.
“Dulu hasil melaut paling 10 kg, sekarang bisa sampai 50 kg sehari. Ikan juga lebih mudah ditangkap, tidak perlu melaut jauh. Ikan-ikan seperti kakap merah, seminyak, bahkan cumi-cumi sudah banyak di sekitar fish shelter,” ujar Rispandi dengan penuh semangat.
Departement Head Corporate Communication PT Timah Tbk, Anggi Siahaan, menjelaskan bahwa program reklamasi laut tak hanya ditujukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.
“Langkah ini adalah bentuk kepedulian PT Timah Tbk terhadap lingkungan dan masyarakat. Selain menjaga ekosistem laut, reklamasi laut juga memberikan nilai tambah sosial dan ekonomi. Ke depan, terumbu buatan ini juga dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata bawah laut yang berkelanjutan,” ujar Anggi.
Dengan jejak nyata yang telah ditinggalkan PT Timah dalam reklamasi laut, kini lautan di Bangka Belitung dan Kepri tidak hanya kembali hidup, tetapi juga menghidupi masyarakat.
Upaya ini menjadi bukti bahwa harmoni antara industri, lingkungan, dan masyarakat bukan hanya mungkin, tapi sedang nyata terjadi. (Shin)
sumber: www.timah.com