BangkaBangka BelitungBerandaBeritaPangkalpinang

Prof Udin Jadi Jembatan Dakwah Damai, Sambut Ulama Makkah di Bumi Serumpun Sebalai

PANGKALPINANG – Kedatangan Syaikh Syarief Zakaria Altaleb Al-Hasani, ulama besar asal Makkah, ke Pangkalpinang dalam rangkaian Safari Dakwah 4–7 Agustus 2025, menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Bangka Belitung.

Namun, di balik penyambutan hangat dan antusiasme ribuan jamaah, ada satu tokoh kunci yang memainkan peran strategis dalam menjembatani kegiatan ini: Prof. Saparudin Masyarif atau Prof Udin.

Sebagai seorang akademisi dan tokoh agama yang dikenal berpemikiran moderat, Prof Udin tampil bukan hanya sebagai penyambut, tetapi juga sebagai penghubung antara ulama internasional dan masyarakat lokal, antara nilai-nilai tradisional Islam dan konteks sosial kekinian.

Kehadirannya di Bandara Depati Amir, Senin (4/8/2025), untuk menyambut langsung Syaikh Zakaria, menjadi simbol kuat bahwa dunia akademik dan keagamaan bisa bersatu dalam bingkai dakwah yang damai, santun, dan berakar pada ilmu serta akhlak.

“Kedatangan Syaikh Zakaria bukan hanya membawa ilmu, tapi juga membawa pesan kasih sayang, toleransi, dan persatuan umat. Dan ini selaras dengan semangat moderasi Islam yang harus terus kita hidupkan di Bangka Belitung,” ujar Prof Udin usai penyambutan.

Menguatkan Islam Moderat Lewat Dakwah Ulama Internasional

Syaikh Zakaria dikenal sebagai pewaris ilmu Ahlul Bait dan guru sanad hadis Ustaz Abdul Somad (UAS). Gaya dakwahnya yang lembut, penuh kasih, dan menekankan adab serta cinta Rasul menjadi penyejuk di tengah masyarakat yang kerap dihantui oleh narasi-narasi ekstremisme atau sektarianisme.

Prof Udin melihat hal itu sebagai kesempatan emas untuk memperkuat karakter Islam wasathiyah (moderat) di Bangka Belitung, terutama bagi generasi muda.

“Kita hidup di zaman dengan arus informasi yang liar. Safari dakwah ini adalah bentuk penyaringan—bahwa agama harus dikaji dengan bimbingan, dengan guru, dan dengan hati yang bersih,” tegas Prof Udin.

Menyentuh Semua Kalangan: Dari Masjid ke Majelis Taklim

Agenda safari dakwah berlangsung padat selama empat hari. Dimulai Senin malam di Masjid Khoirul Baiti Lil Muslimin, Ketapang, lalu dilanjutkan ke berbagai titik strategis keesokan harinya:

Selasa, 5 Agustus 2025:

Masjid As-Sa’adah (Subuh)

Baca juga  Tikam Pelajar hingga Tewas, Kompol Surya Darma Putra; DL Terancam 15 Tahun Penjara

Masjid Al-Mukarromah (Ashar)

Majelis Ta’lim Daarul Ukhuwah, Gandaria (Magrib & Isya)

Masjid Al-Mukarrom, Tuatunu (Malam)

Rabu, 6 Agustus 2025:

Masjid Al-Iman, Air Itam (Subuh)

Majelis Ta’lim Manbaul Ulum

Masjid Baitul Arofah

Kamis, 7 Agustus 2025:

Masjid Al-Hikmah, Girimaya (Subuh penutup)

Di hampir semua lokasi, Prof Udin turut hadir, bukan hanya sebagai panitia, tapi juga sebagai penyeimbang narasi: ia memberi pengantar ilmiah yang mudah dicerna, lalu memberikan ruang bagi Syaikh Zakaria untuk menyampaikan pesan ruhaniyah yang menyentuh hati.

Figur Teladan di Tengah Polarisasi

Dalam situasi politik dan sosial yang kadang memanas menjelang Pilkada, kehadiran Prof Udin dan safari dakwah ini membawa nuansa adem. Ia menempatkan diri sebagai penyejuk, penengah, dan penghubung—menyatukan elemen masyarakat di bawah nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin.

“Safari dakwah ini memperlihatkan bahwa Islam tidak eksklusif. Justru, dengan hadirnya ulama besar dari luar negeri, kita bisa merajut kembali semangat ukhuwah, menguatkan komitmen pada Islam yang damai, terbuka, dan bersahabat,” ungkapnya lagi.

Menginspirasi Generasi Muda untuk Dekat dengan Ulama

Bagi generasi muda, Prof Udin adalah bukti nyata bahwa intelektualisme dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Ia tidak hanya mengajar di ruang kelas, tetapi juga mendampingi umat di lapangan, hadir di masjid-masjid, dan memfasilitasi dialog antara masyarakat dengan para ulama berkaliber dunia.

Banyak mahasiswa dan santri yang mengikuti kegiatan ini, terinspirasi oleh ketekunan Prof Udin dalam memperjuangkan Islam yang sejuk tanpa meninggalkan kedalaman ilmu.

Dakwah Sejuk, Umat Rukun

Safari dakwah Syaikh Zakaria mungkin akan berakhir dalam hitungan hari. Namun nilai-nilai yang ditanamkan—tentang adab, sanad, akhlak, dan Islam moderat—akan terus tumbuh. Dan di balik keberhasilan itu, ada Prof Udin: intelektual yang tidak hanya berpikir, tapi juga hadir dan membimbing.

Ia telah menunjukkan bahwa menjadi akademisi tidak cukup hanya menulis dan mengajar, tapi juga harus turun tangan dalam menjaga arah peradaban—agar tetap pada jalur damai, santun, dan berpijak pada ilmu yang benar. (YG)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!