Bejat! Dugaan Predator Anak di Ponpes Bongkar Bobroknya Pengawasan, Rina Tarol Desak Cabut Izin & Usut Tuntas!

TOBOALI, BANGKA SELATAN – Dunia pendidikan kembali tercoreng! Kasus dugaan predator anak di lingkungan pondok pesantren (Ponpes) di Bangka Selatan mengguncang publik. Tragisnya, pelaku kekerasan seksual tersebut diduga berasal dari internal Ponpes—yang seharusnya menjadi tempat mendidik dan melindungi anak-anak.
Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari Dapil Bangka Selatan, Rina Tarol, S.E., meledak marah setelah mengetahui kasus ini. Ia mengecam keras lemahnya pengawasan, terutama dari Kementerian Agama (Kemenag) dan pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas keamanan lembaga pendidikan keagamaan.
“Saya geram, muak, dan sedih! Ini terjadi di tempat yang katanya suci. Tapi bagaimana bisa predator anak tumbuh subur di dalamnya? Kemenag harus turun tangan dan bertanggung jawab penuh!” tegas Rina Tarol, Sabtu (24/05/2025).
Kasus ini semakin menyayat hati karena diduga melibatkan belasan anak sebagai korban. Mereka adalah santri yang seharusnya mendapatkan bimbingan akhlak, bukan menjadi korban nafsu bejat.
“Ini bukan soal kelalaian biasa. Ini kejahatan luar biasa. Negara harus hadir, psikolog harus turun, pendamping hukum harus disiapkan, dan pelaku—siapapun dia—harus dihukum seberat-beratnya!” tegas Rina lagi.
Tak berhenti sampai di situ, Rina menyindir keras Kemenag yang selama ini dinilai hanya aktif saat pencairan dana hibah, namun lemah dalam pengawasan.
“Kalau Ponpes hanya dibangun untuk mengejar hibah tapi tidak ada pengawasan terhadap perilaku dan sistem di dalamnya, lebih baik cabut saja izinnya! Kemenag jangan hanya duduk di belakang meja, turun ke lapangan, awasi dengan benar!” tegasnya membara.
Ia meminta pendirian dan pengelolaan Ponpes diaudit total. Jangan hanya karena berlabel ‘agama’ lalu semua dianggap baik dan lolos dari pengawasan.
Rina juga mengumumkan bahwa DPRD Babel akan segera memanggil Dinas Pendidikan dan Kemenag untuk menggelar rapat darurat.
“Saya akan minta data lengkap. Berapa Ponpes yang berdiri? Siapa pengelolanya? Apa sistem pendidikannya? Ada verifikasi atau tidak? Ini bukan zamannya lagi tutup mata! Kita harus proteksi anak-anak kita,” katanya lantang.
Rina menegaskan, dirinya bukan menentang pesantren. Ia sangat mendukung pendidikan agama. Tapi pesantren harus jadi tempat suci, bukan sarang pemangsa anak-anak tak berdosa.
“Kita titipkan anak-anak di sana agar mereka menjadi pribadi religius dan bermoral. Tapi kalau malah jadi korban predator, ini kegagalan total. Jangan biarkan kejahatan ini berulang! Jika tak mampu awasi, jangan izinkan berdiri!” pungkas Rina Tarol.
(Eboy)