Prof Udin–Cece Dessy Usung Ekonomi Kerakyatan, UMKM Jadi Pilar Pangkalpinang Maju

PANGKALPINANG — Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pangkalpinang, Profesor Saparudin Masyarif – Dessy Ayutrisna (Prof Udin–Cece Dessy), menegaskan ekonomi kerakyatan sebagai fondasi pembangunan kota dalam lima tahun ke depan.
Fokus mereka: menguatkan UMKM, membuka ruang wirausaha baru, serta memastikan kelompok rentan—termasuk perempuan dan ibu rumah tangga—ikut menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
Dalam kampanye dialogis bersama warga pada Kamis (21/8/2025), pasangan nomor urut 3 itu menyampaikan bahwa keberpihakan pada pelaku usaha pemula dan ekonomi berbasis komunitas akan diterjemahkan ke dalam program yang konkret, terukur, dan berkelanjutan.
“Pemberdayaan ekonomi keluarga adalah jalan menuju Pangkalpinang yang mandiri. Kami akan memfasilitasi keterampilan, membuka akses usaha, dan menghadirkan program wirausaha berbasis komunitas,” ujar Prof Udin.
Prof Udin menekankan penguatan UMKM dan ekonomi kreatif sebagai pilar utama pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Menurutnya, dorongan pada sektor ini tidak hanya mencetak pelaku usaha baru, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekosistem pasar yang ramah lingkungan.
“Kami ingin pelaku usaha kecil naik kelas dan memiliki daya saing,” tegasnya.
Program yang ditawarkan tidak berhenti di pelatihan dasar. Pendampingan akan mencakup:
Manajemen usaha: penyusunan model bisnis, perizinan, hingga tata kelola sederhana yang mudah diaplikasikan.
Produksi: standarisasi kualitas, efisiensi bahan baku, dan peningkatan nilai tambah produk.
Pemasaran: dukungan branding, pemasaran digital, dan jejaring kemitraan.
Keuangan: pencatatan yang tertib, literasi keuangan keluarga, serta akses skema permodalan yang sesuai tahap usaha.
Pendekatan end-to-end ini diharapkan mendorong UMKM lokal melompat kelas—dari usaha rumahan ke usaha yang siap bersaing di pasar yang lebih luas.
Untuk memperkuat siklus ekonomi lokal, Prof Udin–Cece Dessy berencana membentuk kelompok usaha produktif di tingkat RT dan kelurahan. Inisiatif ini ditujukan agar pelaku usaha tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling menopang dari sisi produksi, distribusi, hingga penyerapan pasar. Sinergi juga akan dibangun dengan koperasi dan kelembagaan ekonomi berbasis rakyat agar keberlanjutan usaha terjaga.
Salah satu gagasan yang disiapkan adalah “Rumah Kuliner Pangkalpinang”—sebuah ruang kurasi dan promosi terintegrasi untuk kuliner lokal. Harapannya, tempat ini menjadi etalase produk UMKM, lokasi pelatihan singkat (short course) keterampilan kuliner, pusat pendampingan standar higienitas, serta simpul pemasaran yang memudahkan wisatawan dan warga menemukan produk unggulan daerah.
Pasangan ini menempatkan perempuan—terutama ibu rumah tangga—sebagai subjek pembangunan ekonomi. Program akan dirancang agar fleksibel dan adaptif terhadap ritme kerja domestik, sehingga perempuan dapat berpartisipasi tanpa mengorbankan peran keluarga.
“Ini bukan sekadar janji, melainkan visi besar kami untuk menjadikan Pangkalpinang sebagai pusat ekonomi kreatif dan UMKM yang berdaya,” kata Cece Dessy.
Komitmen ramah lingkungan diwujudkan melalui dorongan penggunaan kemasan yang lebih bertanggung jawab, efisiensi energi skala rumahan, dan pelatihan praktik produksi yang minim limbah—sehingga produk UMKM bukan hanya kompetitif dari sisi harga dan kualitas, tetapi juga berkelanjutan.
Jika mendapat mandat warga, Prof Udin–Cece Dessy menargetkan tata kelola pemberdayaan yang terstruktur dari bawah, bermitra dengan RT/RW, kelurahan, koperasi, serta komunitas wirausaha. Arah besarnya: memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, memperluas kesempatan kerja lokal, dan menumbuhkan merek-merek UMKM Pangkalpinang yang dikenal luas.