Wabup Debby Kunjungi Keluarga Korban, Autopsi Jadi Kunci Ungkap Kebenaran

BANGKA SELATAN – Duka mendalam menyelimuti Kabupaten Bangka Selatan atas meninggalnya HZ (10), seorang siswa sekolah dasar yang diduga menjadi korban bullying di lingkungan sekolah. Tragedi ini mengguncang nurani masyarakat dan mengundang respons cepat dari Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.
Sebagai bentuk empati dan kepedulian, Wakil Bupati Bangka Selatan, Debby Vita Dewi, menyambangi langsung kediaman keluarga almarhum, pada Selasa (29/7/2025).
Dalam kunjungannya, Debby menyampaikan belasungkawa secara langsung dan menyatakan dukungan moril kepada keluarga yang ditinggalkan.
“Saya datang bukan hanya sebagai wakil bupati, tapi juga sebagai seorang ibu. Saya turut merasakan luka mendalam atas peristiwa ini,” ucap Debby saat memberikan keterangan pada Rabu (30/7/2025).
Menurutnya, kasus yang menimpa HZ harus menjadi alarm serius bagi semua pihak, bahwa bullying bukan sekadar kenakalan remaja biasa, melainkan bentuk kekerasan psikologis dan fisik yang bisa menghancurkan masa depan anak-anak.
“Bullying bukan hal remeh. Ini bentuk kekerasan. Dan satu nyawa yang hilang karena ini adalah terlalu banyak. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi setiap anak, bukan malah jadi tempat ketakutan,” tegasnya.
Debby menyerukan agar semua elemen—orang tua, guru, sekolah, dan masyarakat luas—bersatu menjaga lingkungan belajar agar lebih ramah dan peduli terhadap kondisi psikososial anak. Ia menyampaikan bahwa Pemkab Bangka Selatan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan keamanan di sekolah-sekolah.
Tak hanya itu, pendekatan terhadap kasus bullying menurutnya tidak bisa lagi ditangani dengan cara lama—yakni memberikan sanksi ringan atau bersikap permisif terhadap perilaku kekerasan antarsiswa.
“Kami akan memperkuat peran guru, wali kelas, dan konselor sekolah untuk bisa mendeteksi dini tanda-tanda kekerasan di lingkungan sekolah. Kita perlu sistem pengawasan yang benar-benar hadir dan bekerja,” lanjut Debby.
Sementara itu, Satuan Reserse Kriminal Polres Bangka Selatan tengah mendalami kasus kematian HZ yang disebut meninggal dalam kondisi mencurigakan. Untuk memastikan penyebab kematian secara objektif, pihak kepolisian telah menjadwalkan autopsi terhadap jenazah korban pada Rabu (30/7/2025).
Autopsi akan dilakukan oleh tim medis dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepulauan Bangka Belitung, dan menjadi bagian penting dari proses penyidikan yang saat ini tengah berlangsung. Kepolisian menegaskan akan menangani perkara ini secara profesional, transparan, dan berdasarkan bukti forensik.
“Kami berkomitmen mengungkap fakta sebenarnya. Hasil autopsi akan menjadi bukti kunci dalam penyidikan,” ujar perwakilan dari Satreskrim Polres Bangka Selatan.
Tragedi yang menimpa HZ menggugah reaksi berbagai kalangan, khususnya pemerhati anak dan lembaga sosial yang menyerukan pentingnya perlindungan maksimal terhadap anak-anak di lingkungan pendidikan.
Masyarakat juga mulai mendesak perlunya reformasi sistem perlindungan anak di sekolah, termasuk pengawasan ketat terhadap interaksi siswa, sistem pelaporan kekerasan yang responsif, serta pendidikan karakter yang lebih kuat.
“Jangan sampai ada HZ-HZ lain yang menjadi korban karena sistem yang lalai,” ujar salah satu aktivis perlindungan anak lokal.
Kasus ini pun menjadi pengingat bahwa di balik hiruk-pikuk pendidikan, masih banyak pekerjaan rumah besar dalam menjamin keselamatan psikologis dan fisik anak-anak di sekolah.
Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, aparat hukum, dan masyarakat diminta tidak lagi abai terhadap sinyal-sinyal kekerasan tersembunyi yang terjadi di ruang belajar. Karena setiap anak berhak tumbuh dalam suasana yang penuh kasih, bukan ketakutan. (Eboy)